Picture: http://assets-a1.kompasiana.com
Kali ini, Reffi Dhinar, Manajer Menusa dalam hal Blogging berbagi tips untuk kawan mengintipnusantara.com. Menurut Reffi, menulis enggak hanya bakat. Terus apa ya? Yuk simak!
Seorang penulis hebat terlahir karena sebuah bakat. Jika anda tak percaya pada anggapan ini. Lihatlah saja berbagai contoh penulis yang menunjukkan bahwa menulis juga sebuah proses. Sebut saja Raditya Dika, Asma Nadia dan kawan penulis lainnya. Raditya Dika sendiri menulis dimulai dari blognya yang kemudian menjadi buku dan film. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menjadi seorang penulis hebat, mengandalkan
bakat saja amat sangat tidak cukup. Bakat diibaratkan seperti sebuah karunia
namun berprestasi itu tak melulu perkara bakat. Betapa banyak bakat tersia-sia
hanya karena si empunya bakat tidak mau belajar dan tidak berani memperjuangkan
bakat serta passionnya.
Yang dibutuhkan untuk menjadi seorang penulis hebat adalah
mau berpikir, mau belajar dan juga tidak antipati terhadap kritik atau saran. Ya lah, beberapa penulis yang pada mulanya pasti membedakan titik koma saja tidak
mampu, namun setelah terus-menerus menulis dan mau belajar, karya-karyanya kini
semakin baik dan ada juga yang lolos diterbitkan dalam buku antologi atau lolos
di media. Bahkan ada beberapa penulis berbakat yang karena alasan malas dan
juga menyepelekan aktivitas menulis, sampai sekarang tidak ada karya baru lagi
yang ia hasilkan.
Dari sini anda masih percaya pada bakat saja? Apa saja yang
perlu dipersiapkan seseorang untuk menjadi penulis jempolan?
·
Butuh
latihan 10000 jam
1 hari terdiri dari 24
jam, jika teori dari para ahli untuk berhasil dalam suatu hal kita butuh lathan
terus-menerus selama 10000 jam, berarti butuh kurang lebih 416 hari latihan
menulis untuk bisa semakin terlatih. Jangan terburu tersedak dengan banyaknya
jam yang kita perlukan. Sisihkan saja waktu minimal satu jam atau setengah jam
untuk menulis. Cukup setengah jam berkonsentrasi menulis, lakukan tiap hari,
maka rasa malas kita akan semakin berkurang.
·
Tanpa
membaca, tulisan akan tumpul
Sahabat menulis yaitu
membaca. Tanpa membaca, kita tak akan memperkaya kosakata. Kita bisa bejar tentang
teknik kepenulisan dari penulis favorit. Dengan membaca kita juga jadi bisa
paham, mana karya yang bagus menurut kita dan mana yang tidak. Membaca adalah
amunisi utama seorang penulis.
·
Jangan
bermental tempe
Menjadi penulis itu wajib
tahan banting jika ingin hebat. Karya yang ditolak penerbit atau media, gagal
di sebuah lomba atau dikritik pedas dari pembaca, tidak boleh melunturkan semangat
menulis. Kalau sedikit-sedikit baper
karena kegagalan dan kritikan, saya sarankan jangan menjadi penulis, cukuplah
untuk menjadi penonton drama mellow saja.
Tidak sulit
bukan untuk menjadi penulis hebat? Masih banyak cara lainnya, yang paling penting
tanamkan pada diri jika kita bisa mencapai mimpi dengan usaha serta doa yang
tulus. Selamat menulis!
Biodata Penulis
Reffi Dhinar
Penulis adalah seorang penerjemah bahasa Jepang, penulis 4
buku solo, puluhan antologi dan blogger aktif di www.wordholic.com. Mencintai menulis sama
besarnya dengan membaca dan juga bermimpi. Yang ingin berkenalan dengan penulis
bisa add FB Reffi Dhinar.
0 komentar:
Posting Komentar