sumber gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxWRkGZkKEi8JYv53OyfK1nweZIrJFnuX_bKnGfC1_ZLa1mFfOKmDaA69Up52qu2SlNBdnshhUW6B7opzps46xgf78V2JG6PPRm8KGBtYJtFmtrC08GeTBMYFMm5deNJbedxBetjFMvGWx/s1600/statistik-jejaring-media-sosial-2015-2016.png
Miris sekali saat membaca media sosial saat ini. Banyak yang saling menghujat dan bahkan ada pula yang saling unfriend atau block karena perbedaan pendapat. Saat ini yang sedang gencar adalah perang status dan perang share di antara kubu pro dan kontra aksi damai 4 November dan 2 Desember lalu.
Hanya menduga itu berbahaya. Asal membagi informasi tanpa menyelidiki sumber berita itu jelas atau hanya penuh hoax jauh lebih berbahaya. Fenomena ini semakin marak semenjak terjadi aksi turun ke jalanan pada 4 November atau sering disebut aksi 411, disambung dengan aksi damai yang terjadi beberapa waktu lalu pada 2 Desember. Yang menjadi masalah adalah betapa banyak pengguna medsos yang beralih menjadi ahli kritik paling hebat dan berpotensi memicu pro kontra yang lebih luas.
Kita tetap boleh menyuarakan pendapat karena kebebasan berpendapat karena sudah diatur dalam undang-undang. Namun alangkah baiknya jika sebelum membagi link berita atau menuliskan pendapat tentang hal yang sensitif seperti aksi 212 kemarin, perlu kita saring serta telaah terlebih dahulu. Jika toh ada yang tidak setuju dengan pendapat kita, jangan lantas bersikap keras sampai memaki pilihannya apalagi kalau sampai bertengkar di dunia maya lantas berlanjut dingin di dunia nyata. Betapa lucu sekali karena sebuah pandangan politik yang berbeda maka rasa toleransi serta persaudaraan bisa lenyap.
Dengan ikut menghujat dan saling share, bukannya terlihat keren, yang ada image diri kita akan turun. Facebook, twitter dan medsos lainnya adalah majalah dinding kepribadian kita yang bisa dilihat banyak orang. Hati-hati kalau tidak bijak memakai medsos, kita bisa kehilangan banyak kesempatan. Sudah banyak perusahaan yang menilai kepribadian juga dari isi beranda medsosnya. Kalau kita biasa menghujat, nyinyir dan menghina, bisa jadi kesempatan kerja kita hilang. Atau jika yang hendak berbisnis, bisa kehilangan calon kliennya.
Sebelum membagikan sebuah link berita, cek dulu validnya sumber. Jangan asal share dari link berita yang kurang berimbang. Baca semua fakta dari kedua sisi, supaya pikiran kita terbuka. Jika kita memang cenderung setuju dengan suatu pendapat, jangan menjadi terlalu fanatik sampai menganggap yang berbeda pendapat itu salah.
Indonesia adalah negara Bhinneka Tunggal Ika. Kita selalu mendengungkan prinsip itu tetapi sekarang seolah lupa dengan maknanya. Perbedaan bukan hanya dilihat dari suku, ras dan agama, kini perbedaan itu juga menyangkut pandangan hidup serta pemikiran. Jangan bangga sudah menjadi bangsa yang demokratis jika hanya karena beda pendapat lalu persatuan kita terpecah belah.
Hanya menduga itu berbahaya. Asal membagi informasi tanpa menyelidiki sumber berita itu jelas atau hanya penuh hoax jauh lebih berbahaya. Fenomena ini semakin marak semenjak terjadi aksi turun ke jalanan pada 4 November atau sering disebut aksi 411, disambung dengan aksi damai yang terjadi beberapa waktu lalu pada 2 Desember. Yang menjadi masalah adalah betapa banyak pengguna medsos yang beralih menjadi ahli kritik paling hebat dan berpotensi memicu pro kontra yang lebih luas.
Kita tetap boleh menyuarakan pendapat karena kebebasan berpendapat karena sudah diatur dalam undang-undang. Namun alangkah baiknya jika sebelum membagi link berita atau menuliskan pendapat tentang hal yang sensitif seperti aksi 212 kemarin, perlu kita saring serta telaah terlebih dahulu. Jika toh ada yang tidak setuju dengan pendapat kita, jangan lantas bersikap keras sampai memaki pilihannya apalagi kalau sampai bertengkar di dunia maya lantas berlanjut dingin di dunia nyata. Betapa lucu sekali karena sebuah pandangan politik yang berbeda maka rasa toleransi serta persaudaraan bisa lenyap.
Dengan ikut menghujat dan saling share, bukannya terlihat keren, yang ada image diri kita akan turun. Facebook, twitter dan medsos lainnya adalah majalah dinding kepribadian kita yang bisa dilihat banyak orang. Hati-hati kalau tidak bijak memakai medsos, kita bisa kehilangan banyak kesempatan. Sudah banyak perusahaan yang menilai kepribadian juga dari isi beranda medsosnya. Kalau kita biasa menghujat, nyinyir dan menghina, bisa jadi kesempatan kerja kita hilang. Atau jika yang hendak berbisnis, bisa kehilangan calon kliennya.
Sebelum membagikan sebuah link berita, cek dulu validnya sumber. Jangan asal share dari link berita yang kurang berimbang. Baca semua fakta dari kedua sisi, supaya pikiran kita terbuka. Jika kita memang cenderung setuju dengan suatu pendapat, jangan menjadi terlalu fanatik sampai menganggap yang berbeda pendapat itu salah.
Indonesia adalah negara Bhinneka Tunggal Ika. Kita selalu mendengungkan prinsip itu tetapi sekarang seolah lupa dengan maknanya. Perbedaan bukan hanya dilihat dari suku, ras dan agama, kini perbedaan itu juga menyangkut pandangan hidup serta pemikiran. Jangan bangga sudah menjadi bangsa yang demokratis jika hanya karena beda pendapat lalu persatuan kita terpecah belah.
Penulis: Reffi Dhinar, Manager Blogging
Menusa
0 komentar:
Posting Komentar